Hukum Mengqodo Shalat Sunah Rawatib

[ad_1]
Bismillahirrahmanirrahim.
Sholat sunah rawatib memiliki keutamaan sangat agung, yaitu akan mendapat rumah di surga. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
من صلى اثنتي عشرة ركعة في يوم وليلة بني له بهن بيت في الجنة.
“Siapa yang sholat rawatib sebanyak 12 raka’at dalam sehari semalam, maka akan dibangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim, dari Ummu Habibah)
Semenjak mendengar hadis ini, Ummu Habibah; sahabat yang meriwayatkannya, mengatakan,
فما تركتهن منذ سمعتهن من رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Saya tak pernah meninggalkan shalat sunah rawatib semenjak mendengar hadis ini dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.”
Di dalam riwayat Tirmidzi dijelaskan 12 raka’at tersebut,
أربعا قبل الظهر وركعتين بعدها، وركعتين بعد المغرب، وركعتين بعد العشاء، وركعتين قبل الفجر.
“Yaitu 4 raka’at sebelum duhur, 2 raka’at setelahnya. 2 raka’at setelah Maghrib. 2 raka’at setelah isya. Dan 2 raka’at sebelum subuh.
Mengingat pahala yang demikian besar, sering seorang merasa rugi kalau sampai tidak sempat atau lupa mengerjakan sholat sunah rawatib. Lantas apakah boleh sholat sunah rawatib yang lupa itu diqodo’?
Para ulama berbeda pendapat :
Mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali berpendapat : tidak boleh diqodo’ kecuali sholat sunah fajar.
Mazhab Syafi’i berpandangan : sholat sunah yang tidak nentu waktunya seperti sholat gerhana dan istisqo, tidak boleh diqodo’. Adapun yang jelas waktunya seperti sholat rawatib, id, dhuha, boleh diqodo’
Pendapat yang lebih kuat -wallahua’lam-, sholat Sunnah rawatib boleh diqodo’. Sebagaimana dikuatkan dalam pernyataan Imam Nawawi rahimahullah berikut,
ذكرنا أن الصحيح عندنا استحباب قضاء النوافل الراتبة وبه قال محمد والمزني وأحمد في رواية.
“Telah kami sebutkan bahwa pendapat yang tepat menurut kami adalah dianjurkan menqodo sholat sunah rawatib. Pendapat ini juga dipegang oleh Muhammad Al Muzani, Ahmad dalam salahsatu riwayat.”
Kesimpulan ini dikuatkan oleh sejumlah berikut :
Pertama, hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda,
من لم يصل ركعتي الفجر فليصلهما بعد ما تطلع الشمس.
“Siapa yang belum sholat sunah dua rakaat fajar, maka hendaklah ia menggantinya setelah matahari terbit.” (HR. Tirmidzi, dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani)
Kedua, hadis Ummu Salamah radhiyallahu’anha.
Beliau menceritakan bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah mengqodo sholat rawatib dua raka’at ba’da duhur, setelah sholat ashar. Saat beliau disibukkan oleh orang-orang dari Bani Abdul Qois. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Ketiga, hadis ‘Aisyah radhiyallahu’anha.
Beliau berkisah,
كان إذا لم يصل أربعا قبل الظهر صلاهن بعدها.
“Rasulullah shalallahu alaihi wasallam jika belum sholat rawatib sebelum duhur, maka beliau ganti dengan sholat setelahnya.” (HR. Tirmidzi)
Keempat, hadis Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu.
Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda,
من نام عن الوتر أو نسيه فليصل إذا ذكره وإذا استيقظ
“Siapa yang tertidur atau lupa melakukan sholat witir, hendaknya dia ganti saat dia ingat atau di saat dia bangun.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Demikian, wallahua’lam bis showab.
***
Referensi :
– Kitab Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, karya Imam Nawawi, penerbit Maktabah Al-Irsyad, Jeddah – KSA.
– Makalah situs Islamweb.net berjudul :
قضاء السنن الرواتب
fatwa nomor 55961
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : Muslim.or.id
🔍 Apa Arti Tauhid Jelaskan, Ciri Ciri Hati Yang Sakit, Doa Diijabah Allah, Doa Buat Guru
[ad_2]
Source
Responses